Ada yang bilang, ngapain travelling? ngabisin duit aja.
Mending uangnya ditabung untuk masa depan.
Bukankah travelling itu justru sebuah tabungan sesungguhnya?
Menemukan pendidikan karakter, mental, nurani, terhadap manusia dan alam.
Sudahlah jangan takut miskin uang habis untuk jalan-jalan.
Justru kau nanti akan menyesal setelah tua karena belum pernah kemana-mana!!!
Heyne Setiawan
Blog ini cuma tempat saya menyampaikan cerita tentang dunia saya... menyampaikan tentang suara hati saya... menyampaikan tentang kejujuran dan pengharapan... menceritakan apapun yang ingin tersampaikan :)
Jumat, 10 Oktober 2014
Bila Anak Belajar Dari Kehidupan
Anak Anak Belajar Dari Kehidupan
Bila anak hidup dalam kritikan,
ia belajar menyalahkan orang.
Bila anak hidup dimusuhi,
ia belajar untuk melawan.
Bila anak hidup dalam ejekan,
ia belajar menjadi pemalu.
Bila hidup dalam toleransi,
ia belajar menjadi sabar.
Bila anak hidup dengan diberi semangat,
ia belajar punya rasa harga diri.
Bila anak hidup dengan pujian,
ia belajar hidup untuk menghargai orang.
Bila anak hidup dalam keadilan,
ia belajar membela kebenaran.
Bila anak hidup dalam kepastian,
ia belajar memperoleh keberanian.
Bila anak hidup dengan persetujuan,
ia belajar menyukai dirinya.
Bila anak hidup dalam penerimaan dan persahabatan,
ia belajar mencintai sesama di dunia ini.
-Anonim-
-Klaten,10102014-
Bila anak hidup dalam kritikan,
ia belajar menyalahkan orang.
Bila anak hidup dimusuhi,
ia belajar untuk melawan.
Bila anak hidup dalam ejekan,
ia belajar menjadi pemalu.
Bila hidup dalam toleransi,
ia belajar menjadi sabar.
Bila anak hidup dengan diberi semangat,
ia belajar punya rasa harga diri.
Bila anak hidup dengan pujian,
ia belajar hidup untuk menghargai orang.
Bila anak hidup dalam keadilan,
ia belajar membela kebenaran.
Bila anak hidup dalam kepastian,
ia belajar memperoleh keberanian.
Bila anak hidup dengan persetujuan,
ia belajar menyukai dirinya.
Bila anak hidup dalam penerimaan dan persahabatan,
ia belajar mencintai sesama di dunia ini.
-Anonim-
-Klaten,10102014-
Rabu, 08 Januari 2014
Kamu yang pertama Nak!!
Masih terasa bagaimana 1tahun yang lalu kamu sandarkan
kepalamu dilengan kananku dan setengah badanku kamu rebahi dengan badan
mungilmu.
Aku menggendongmu untuk pertama kali dengan perawakanku yang kaku.
Memandangi wajah yang begitu merah,mata yang sipit, dagu yang lancip serta
bibir mungil yang selalu tersungging dan menangis.
Lalu dengan lemah aku
memanggil kamu untuk yang pertama kali ‘semangka’.
Kamu tahu bahwa hatiku berdebar
kencang, aku sedikit takut ketika membawamu pulang kerumah kami.
Apa aku bisa
kamu sandari??
Apa aku bisa membantumu hidup di dunia ini??
Dengan sisa sakit
pasca melahirkan, akupun memutuskan untuk mengasuhmu dengan tanganku sendiri.
Menyiapkan segala kebutuhanmu, mengajarimu bermain dan mengajarimu berbicara.
Sekarang tingkah polahmu membuat mulutku terbahak-bahak serta membuatku
menggeleng-gelengkan kepalaku.
Celotehmu kadang membuatku mengedipkan mata
berulang kali karena aku tidak paham bahasa apa yang keluar dari mulutmu.
Membuatku gemas. Rasa ingin tahu selalu terlihat dari tatapan matamu.
Kamu
pasti ingin tahu apa yang sedang aku pegang dan kamu tidak punya lelah untuk
meniru semua bahasa dan gerak tubuhku.
Kamu selalu membuatku takjub ‘semangka’
ku.
Kamu kebahagiaan pertama kami.
Selamat ulang tahun ‘semangka’ ku.
Sehat selalu Nak.
Terus tumbuh menjadi pribadi dengan mental dan moral yang hebat Nak.
Allah
akan selalu menjagamu Nak.
Amin YRA.
-klaten,08012014-
-K I T A-
Suatu hari jika kamu menemukanku sebagai istrimu, satu hal yang
pertama kali ingin aku sampaikan. Satu hal yang ingin agar kamu tahu, paham,
dan selalu ingat. Bahwa aku tidak bias membaca pikiranmu. Aku bisa memahamimu
hanya jika kamu menunjukkan kepadaku apa yang harus aku pahami. Kita berdua
dahulunya orang yang tidak saling mengenal bukan? Jikasuatu hari aku belum
paham tentang jalan pikiranmu, perasaanmu, persepsimu terhadap sesuatu, keinginanmu.
Tolong bersabar, pemahaman butuh waktu. Jika kau bersabar, aku akan setia
belajar.
Suatu hari jika kamu menemukanku sebagai istrimu, satu hal yang aku
minta kepadamu. Dukungan, motivasi, sudut pandang positif. Apapun itu
istilahnya. Yang aku inginkan bahwa kamu paham, aku juga manusia biasa yang
kadang lemah, kadang murung, kecewa, putus asa, kadang bisa kesaldan marah. Dan
jika itu terjadi, aku ingin kau selalu hadir disisiku. Nyata maupun maya. Membantu
memperbaiki moodku, meluruskan niatku, memotivasi jiwaku, meredakan amarahku,
menerangi kebingunganku. Sekecil apapun itu, aku akan sangat berterimakasih.
Jika suatu hari nanti kamu menemukanku sebagai istrimu, jangan
pernah mengatakan, “kamu kan lulusan psikologi! Harusnya…”. Aku tahu tentang perkembangan
manusia, perkembangan yang berakibat baik dan buruk. Jika perkembangan itu
dimulai dari masa dewasa, masa ketika aku kuliah, maka aku yakin aku bisa
menjadi manusia sempurna untukmu. Tetapi sayang, perkembangan manusia itu
dimulai dari sejak kita bayi. Tentu aku mengalami masa-masa buruk, masa-masa
yang tidak terlalu mendukung perkembanganku. Masa-masa yang kadang traumatis
dan menyedihkan yang menyisakan dan member bekas padaku hingga saat ini. Jangan
pernah katakana ya?
Jika suatu hari kau menemukanku sebagai istrimu. Maukah kau
mendengarkan konsep-konsep kehidupan berumahtangga yang aku pelajari dan aku
pahami? Mendengarkan saja dulu. Tentang komunikasi yang akan kita terapkan,
tentang fungsi dan peran masing-masing diri dalam rumah tangga, tentang
aturan-aturan yang harus kita jaga dan patuhi. Dan yang paling utama adalah
bagaimana kita mengkonsep dalam mendidik anak. Tentu aku punya pertimbangan
secara psikologis dalam semua hal itu. Untuk itu aku membutuhkanmu untuk
mendengarkan. Karena aku paham yang menjalani rumah tangga ini bukan aku tetapi
kita. Pun ketika kamu memiliki konsep-konsep yang lain, aku sangat mau untuk
mendengarkan.
Jika suatu hari kau menemukanku sebagai istrimu, aku ingin kita
selalu memiliki waktu untuk saling memeluk dan diam untuk beberapa saat. Agar
aku selalu merasakan keberadaanmu, kaupun selalu merasakan keberadaanku dan
merasakan detak jantung kita menjadi satu.
-Klaten, TujuhNovemberDuaRibuTigaBelas-
-kurniawangunadi.tumblr.com-
-Berjuta rasanya, Tere Liye-
Rasa sakit itu indah.
Setidaknya patah hati memberikan sensasi bahwa
kita memang masih hidup.
Lagipula siapa bilang ditolak cinta itu tidak indah?
Itu indah!.
Pikirkanlah dari sudut yang berbeda!.
-Klaten, TigaOktoberDuaRibuTigaBelas-
-Berjuta rasanya, Tere Liye-
-Berjuta rasanya, Tere Liye-
Percayalah, hal paling menyakitkan di dunia bukan ketika kita sedang
sedih sekali tetapi ketika tidak ada satu pun teman untuk berbagi.
Hal yang paling
menyakitkan adalah ketika kita sedang bahagia sekali tetapi justru tidak ada satu pun
teman untuk membagi kebahagiaan tersebut.
Tapi ada yang lebih celaka lagi,
yaitu ketika kita justru bahagia sekali ketika melihat teman sedih, dan sebaliknya
terasa sedih sekali di hati ketika melihat teman sedang senang.
-Klaten, TigaOktoberDuaRibuTigaBelas-
-Berjuta rasanya, Tere Liye-
Langganan:
Postingan (Atom)